Cerpen tentang "Rambut Lepek"
"Uy, menyong, ngapain lu? Muka kayak anak hilang. Galau bu?" Inilah yang selalu dikatakan Dian, sahabat jonesku yang tidak pernah mau pacaran dengan 1001 alasan kayak cerita rakyat yang ga abis-abis dia baca. Heran aku ama tuh anak. Ngejekin orang nomor satu, ga nyadar apa dirinya jones aja bangganya ampun.
"Gue lagi bingung, semalam dapat chat beginian." Aku menunjukkan chat dari seorang laki-laki yang cakep banget di mataku. Tapi, belum dikasi hpnya langsung aja direbut dengan paksa. Yah, dialah sahabat terbaikku selama kuliah. Apaboleh dikata, aku ga bisa marah sama dia. Kalau marah, aku ga punya teman, sahabat, sekaligus keluarga lagi entar di Pinang. Dia satu-satunya.
"Ya ampun, ca, ko diputusin?" Sambil teriak si kampret itu kaget tidak menentu.
"Ampun, dian, suaramu, demi eek lalat yang ada di dagumu, aku mohon diam dulu," aku berusaha menenangkan emosi dia yang sudah meledak-ledak.
"Kita datangin ca rumahnya, kita buat perhitungan, aku tak mau tau, gila aja dia mutusin ko seenak hatinya, emang dia siapa, ganteng doang dibanggain, ya ampun, emosi aku, emosiiiiiii," sambil jingkrak-jingkrak dian marah seperti dirasuki syeitan yang terkutuk. Aku hanya bisa diam, karena aku hanya bingung, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku menyukai seseorang, dan kemudian, aku diputusin melalui chat. Crying tanpa batas di hati ini mah namanya.
Inilah pertama kalinya kalimat "Kita udahan aja, ya." Masuk dalam hatiku bagaikan bom hirosima yang menghancurkan Nagasaki. Hancur lebur, aku bisa apa. Ya sudahlah akhirnya aku jadi jones seperti sahabatku yang paling cantik dan pintar sejagad khatulistiwa itu.
Kami menjalani hari seperti biasa, kecuali malam minggu. Malam minggu, kami berdua akan melakukan ritual pengumpulan manusia jomblo untuk makan bersama di lantai 2 sambil ngerumpi ga jelas. Biasanya sih aku selalu absen untuk ritual yang ini. Tapi, berhubung status sudah berbeda yah aku harus makan bersama dengan mereka yang pada akhirnya akan mengganggu orang lewat dari lantai 2. Sungguh memalukan ritual yang satu ini, setelah memanggil orang lewat langsung sembunyi. Lebih tepatnya ini bukan ritual sih, ga ada kerjaan jadi gangguin orang. Memalukan, oh Tuhan.
Keesokan harinya, Alista pergi ke kampus seperti biasa. Sambil menunggu dian, ia akan sibuk dengan hpnya melihat video-video lucu untuk mengusir kesedihan yang baru saja ia alami. Tak berlangsung lama, dian pun dtg membawa sebuah payung kecil. "Gak hujan kayaknya, stres y km bawa payung kecil begitu. Punya ponaanmu y?" Tanya lista sambil menyindir dian yang datang sedikit lebih cepat dari biasanya.
" Aku nungguin seseorang yang harus aku marahin dan dihajar." Dengan muka santainya, ia mengatakan hal itu dengan senyum paling menawan. Dian memang memiliki emosi yang sedikit berbeda dari rata-rata. Muka tersenyum tapi hatinya penuh amarah. Tidak bisa diprediksi. Tapi, itulah dia, orang yang sangat menyayangi sahabatnya, Alista.
"Ya udahlah, cowo mana yg buat masalah lagi sama kamu? Lupa apa mereka, km kan jago berantem," sambut lista sambil tetap menonton video lucunya hingga selesai dan tertawa terbahak-bahak.
"Ga usah akting di sini kali cak, aku tau kamu pasti lepas nangis lagi kan? Udah aku bilang jangan nangis kan. Makin dendam nih aku ama mantanmu itu." Balas dian dengan penuh amarah yang tak pernah padam.
"Ya udah kalik, biarin aja dy. Ak niatan jadian ama si rambut lepek itu. Mungkin dy bisa ngobatin rasa sakit hati ak," timpal lista sambil menutup hpnya.
"Ya ampun, anak yang ga ada ganteng-gantengnya. Tapi, terlihat songong itu??? Kamu sehat kan???" Tanya dian penasaran sambil memasukkan payung kecilnya ke dalam tas ransel paling lengkap sedunia perkuliahan.
"Biarinlah aku coba dulu, daripada pacaran ama cowo ganteng, aku diginiin sampe sakit banget rasanya. Percaya deh, aku ga bakal nangis ama si rambut lepek itu, ga mungkin juga aku bakal cinta ama tuh orang." Alista menjelaskan seolah semua kata-katanya akan berjalan sesuai keinginannya. Mungkin emosi membuat dia lupa tentang kuasa Tuhan yang mampu membolak-balikkan hati manusia.
"Aku takut kamu jatuh cinta sama dia cak," balas dian dengan penuh tawa bahagia melihat temannya mau untuk memulai hubungan baru lagi.
Si rambut lepek adalah laki-laki yang tidak tenar di kampus, namun dia memiliki beberapa kesombongan karena orangtuanya yang pejabat dan IPKnya yang cukup tinggi di fakultas. Dia sudah pernah berusaha mendapatkan Alista sebelumnya, namun dengan jujur Alista mengatakan bahwa ia mencintai orang lain. Nah, hari ini, tepat ulangtahun Alista tanggal 19 April, si rambut lepek kembali menyatakan cintanya. Ia sudah tahu pasti diterima karena pacar Alista sudah memutuskannya demi wanita lain yang selalu ada katanya buat tuh cowok. Maklum, Alista adalah anak yang cukup rajin dan memenuhi kegiatannya sebaik mungkin. Organisasi, sanggar, komunitas, ngajar les, sampai mengajar di pelosok ia jalani agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Jadi, waktunya habis untuk hal lain yang lebih bermanfaat. Namun, menjadi momok juga untuknya karena harus siap ditinggalkan dengan laki-laki yang ia sayangi.
Waktu terus berlalu, Riki dan Alista makin langgeng dan selalu tertawa bersama di kampus bahkan dimana saja. Mereka terlihat sebagai pasangan yang sangat bahagia. Hingga akhirnya acara wisudapun menjadi acara perpisahan bagi kedua sijoli itu. Alista yang harus bekerja dekat dengan orangtuanya sebagai seorang guru swasta di sekolah ternama dan terbesar sekotanya. Sedangkan Riki bekerja di kantor pemerintahan sebagai PNS.
Jarak mulai membuat mereka yang jarang bertemu menemui titik jenuh pada hubungan yang seharusnya tidak pantas dijalani lagi. Alista pun semakin sibuk sehingga sering lupa merayakan hari ultah, hari jadian, bahkan semua hari besar kebahagiaan hubungan mereka. Riki makin tidak bisa juga mentolerir semua kegiatan Alista yang sangat berlebihan. Sejujurnya, Alista menjalani hubungan bersama Riki layaknya seorang teman jalan dan teman untuk curhat saja. Sedangkan Riki berbeda, ia menganggap lebih bahkan sudah mulai menabung untuk melamar Alista. Memandang umur mereka berdua yang sebenarnya sudah tidak muda lagi. Apaboleh di kata, rasa bosan Alista menjadi-jadi dan sibuknya pun makin menjadi-jadi. Riki akhirnya memutuskan hubungannya dengan Alista. Alista sangat bahagia diputuskan oleh Riki karena merasa dibebani dengan kemarahan Riki yang tak henti setiap hari. Tak berlangsung lama, Alista memiliki tambatan hati yang baru. Namun, masalah yang sebelumnya ketika bersama Riki muncul lagi. Alista sibuk dan terus dimarahi oleh pacar barunya. Padahal mereka juga sudah merencanakan untuk menikah, semakin stres Alista dibuatnya. Ia kebingungan untuk memutuskan hubungan yang sudah terlampau jauh karena menyangkut orangtuanya. Sampailah pada reuni kampus angkatan yang dihadiri ribuan alumni, Alista datang bersama sahabat tersayangnya.
"Uy, nyet, lo tau ga si Riki udah pindah kerja, terus dia udah punya pacar baru, kalah cantik lu," jelas Dian sambil mengejek temannya.
"Gilak loh, masak si rambut lepek punya pacar baru?" Alista seolah tidak percaya dan mulai merasa air matanya ingin jatuh dengan deras. Alista langsung berlari mencari toilet.
"Apa-apaan ini, aku nangis dengar Riki punya pacar baru? Ya ampun, aku ini wanita apaan sih?" Gumam lista dalam hati dengan air matanya yang terus mengalir.
Tak sanggup menahan tangis dan mukanya yang mulai membengkak, akhirnya Alista memilih cepat pulang untuk menenangkan hatinya dan memastikan apa yang terjadi pada dirinya.
Sudah 3 bulan lebih Alista sering menangis tanpa mengenal tempat dan waktu. Orang sekitarnya keheranan dan tak habis pikir melihat keadaan Alista yang aneh. Ia sering menangis sambil bekerja dan langsung lari ke toilet. Di kapal pun, dalam perjalanan untuk pekerjaan, ia dengan mudah menangis tersedu-sedu tanpa henti sampai harus zikiran dan mengaji baru ia merasa lega. Alasannya selalu sama, ia teringat dengan Riki. Sesungguhnya Allah Maha Membolak-balikkan hati manusia. Alista terus merasakan sakit dan perih mengetahui Riki yang tidak sendiri lagi. Berbulan-bulan, ia harus menangisi kepergian Riki dan kegalauannya karena tak ingin menikah dengan pacar barunya yang pasti akan menghasilkan masalah yang cukup besar. Jika ia terima untuk menikah, maka hatinya akan hancur, jika ia tidak terima, maka untuk kesekian kalinya ia menyakiti hati orang lain lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar