Halaman

Powered By Blogger

Jumat, 21 Desember 2012

Berita Seminar FKIP UMRAH



DPR RI adakan Seminar “Peranan LPS dalam Menjaga Stabilitas
Perbankan Nasional” Di FKIP UMRAH

TANJUNGPINANG – Untuk pertama kalinya DPR RI mengadakan seminar  mengenai peranan LPS dalam menjaga stabilitas perbankan nasional di FKIP UMRAH pada Jumat siang (21/12).
“LPS memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi nasabah terhadap uang yang disimpannya” ujar Mirza Adityaswara sebagai Keynote Speaker dalam seminar tersebut.
Seminar ini di mulai dengan sebuah tari persembahan lalu kata sambutan dari Bapak Mirza Adityaswara dan kata sambutan dari Bapak wakil rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi oleh pembicara dari LPS Bapak Noor Cahyo dan Dr. Harry Azhar Azis, MA.
Setiap mahasiswa yang hadir dalam acara tersebut mendapatkan dua modul yang akan disampaikan oleh pembicara yang berjudul “Penjamin Nasabah Perbankan” dan “Review Perekonomian Global dan Indonesia”.
Modul yang diberikan berisi tentang latar belakang pembentukan LPS, kelembagaan, fungsi dan tugas juga penyelamatan Bank gagal. Serta bagaimana sistem perekonomian global, Indonesia, dan Kepri.
Dalam modul juga dijelaskan proyeksi ekonomi Indonesia sebagai negara yang paling stabil dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mendatang.

Minggu, 09 Desember 2012

Contoh Kesalahan dalam media massa


Buruh di Batam Minta Kapolda Kepri Dicopot


Batam - Belasan ribu buruh kecewa dengan tindakan brutal para aparat di Kantor Wali Kota Batam. Mereka nuntut Kapolda Kepri dan Wakapolres Batam dicopot.

"Kami demo tidak ada bertindak anarkis. Bentrok terjadi, saat hujan turun kita akan berteduh di Kantor Wali Kota. Di saat itu, desak-desakan, terus polisi main pukul, dan meletuskan senjata. Empat buruh terluka serius akibat tembakan peluru karet," kata Imron dari aliansi buruh di Batam kepada detikcom, Jumat (25/11/2011).

Sikap polisi yang main tembak dan melakukan penganiayaan ini, membuat buruh meminta kepada Kapolri untuk mencopot Kapolda Kepri Wakapolres Batam .

"Kalau bukan karena ulah polisi, kita juga tidak bertindak brutal. Polisi duluan yang melakukan tindakan tidak manusiawi menembaki buruh. Bohong besar, kalau polisi menyebut menembakan ke udara. Bisa dilihat sendiri, empat buruh masih terbaring di rumah sakit akibat kena tembakan aparat," kata Imron.

Kasus penembakan aparat ini juga sudah dilaporkan buruh Komisi III DPR RI. Dalam laporannya, mereka juga meminta agar Komisi Hukum dan HAM itu merekomendasikan pencopotan Kapolda Kepri dan Waka Polres Batam.

"Sudah banyak kerugian yang ditimbulkan karena ulah polisi yang bertindak brutal kepada buruh. Dari awal kita sudah sepakat melakukan aksi demo secara damai. Tapi memang polisi duluan yang melakukan penganiyaan terhadap dan menembaki ke arah buruh," kata Imron.


Kesalahannya adalah :
1.      Di copot seharusnya menggunakan kata “diganti” karena kata copot merupakan kata tidak baku.
2.      Nuntut seharusnya menuntut.
3.      Bentrok terjadi, saat hujan turun kita akan berteduh di Kantor Wali Kota. Seharusnya Bentrok terjadi saat hujan turun, sehingga kami berteduh di Kantor Wali Kota.
4.      Di saat itu, desak-desakan, terus polisi main pukul, dan meletuskan senjata. Seharusnya “Di saat itu desak-desakan, terus polisi main pukul dan meletuskan senjata.
Kalimat 3 dan 4 ini tidak efektif dan penggunaan tanda koma tidak tepat.
5.      Bohong besar, kalau polisi menyebut menembakan ke udara. Kalimat ini tidak tepat seharusnya “Bohong besar, kalau polisi menyebut hanya menembakkan ke udara”.
6.      Detikcom seharusnya detik.com.



Minggu, 02 Desember 2012

Pamedan


Pamedan Berselimut Dosa
Pamedan Ahmad Yani yang biasa dikenal sebagai wadah hiburan dan pasar malam setiap event penting pertahun, kini merupakan wadah bagi remaja dan muda mudi untuk bersantai sesuka hati menikmati suasana Tanjungpinang dan gemerlap keindahan malam yang menarik untuk dinikmati. lebih kurang 20 pasangan muda mudi menjadikan Pamedan sebagai tempat pembebasannya melakukan kegiatan dosa.
 Lapangan yang biasanya dijadikan sebagai tempat latihan belajar mengemudi mobil juga latihan ekstrakurikuler lain di luar wadah pendidikan formal kini menjadi wadah penampung dosa. Hilir mudik muda mudi berpacaran di Pamedan setiap malam tanpa jenuh dan tanpa malu karena tak segan mereka pacaran dibawah kegelapan bahkan sengaja mencari tempat gelap lalu mematikan lampu motornya. Bagaimana pikiran manusia tak kemana-mana melihat kejadian itu didepan mata mereka? Bukankah hanya dosa yang akan terus bergelimpang dengan hal yang menyedihkan dan dilakukan remaja saat ini? Lalu bagaimana dengan sebuah paham masyarakat bahwa dosa zinah yang dilakukan muda mudi itu akan membuat 40 rumah ikut terkena sial akibat perbuatan itu?
Hal ini sangat membuat kesal para warga di sekitar pamedan. Seorang Ibu-ibu yang tinggal berdekatan dengan Pamedan mengaku pernah menyiram air para remaja yang pacaran di  belakang rumah mereka yang berdampingan dengan dinding Pamedan. Apa yang dilakukan remaja itu di tempat gelap tanpa lampu satupun dan yang didengar warga hanyalah bunyi-bunyi saja. Bahkan kesalnya lagi bahwa sampah-sampah berupa kondom dan pembungkusnya berserakan tanpa malu dan sama sekali tidak ada yang membersihkannya. Tampak jelas bahwa bungkusan dan kondom berserakan di lorong kecil pembatas antara Pamedan dan bangunan tempat usaha Batik Gong-Gong jalan menuju Basuki Rahmat. Terdapat 8 bungkus kondom dan 4 balon kondom tergeletak di lorong kecil itu saat dilihat Rabu 28/11.
Apa nasib kota Tanjungpiang yang menjadi kebanggaan kita semua apabila hal ini terus berlanjut? Apa nasib para penerus bangsa jika tidak ada tindakan langsung dari Pemerintah untuk mengatasi hal ini?
Orde walikota sebelumnya telah dipasang lampu untuk menerangi Pamedan sehingga remaja enggan berbuat maksiat dibawah suasana terang namun tidak bertahan lama karena di rusak. Lalu siapa yang bertanggungjawab untuk mengawasi juga memperbaiki tiap kerusakan dan kekurangan di Pamedan kini? Tidak ada yang tahu tanpa tindak langsung dari Pemerintah Kota Tanjungpianang.
Semua hanya bisa berharap Pamedan di terangkan seterang mungkin agar tidak ada lagi dosa yang tersusun rapi dan tersembunyi di Pamdan. Dosa itu seperti berjejer dan bersusun sampai penuh dan terburai hingga keluar akibat perbuatan muda mudi Tanjungpinang. Tidak hanya Pamdan berselimut dosa namun banyak lagi tempat lain. Namun Pamedan pantas menjadi sorotan karena terletak di tengah kota apalagi Pamedan merupakan tempat yang sangat bermanfaat jika dimanfaatkan dengan baik juga. Pamedan yang biasa dijadikan tempat latihan Drum Band, Pamedan tempat latihan silat, Pamedan tempat latihan teater sanggar Sabda Bunian, dan pemanfaatan Pamedan lainnya yang pasti tidak mau jadi sial akibat perbuatan dosa yang dilakukan para muda mudi zaman globalisasi ini.
Entah apa yang ada dibenak mereka hingga sanggup melakukan perbuatan itu. Apa kini tidak ada lagi malu dalam diri manusia? Atau malu itu telah berkurang atau sengaja diangsur hilang? Semua hal ini pantas untuk dipikirkan bersama bukan hanya jadi renungan saja bagi tiap orangtua yang khawatir anaknya menjadi gudang maksiat.

Kamis, 22 November 2012

Opini


Majulah Tanjungpinang !
Laut merupakan salah satu objek yang sangat penting di Tanjungpinang. Sebagian orang yang tinggal dan menetap di Tanjungpinang memanfaatkan laut yang berpotensi besar sebagai income dalam rumah tangga dan pemerintah. Contohnya adalah Tepi Laut Tanjungpinang yang terus ditambak demi membuat sebuah taman dan tempat hiburan.
Tepi Laut berpotensi sebagai income pemerintah dengan adanya pajak pemanfaatan tepi laut sebagai tempat berjualan. Tepi Laut sangat ramai diwaktu senja hingga larut malam. Banyak muda-mudi yang berdatangan mengisi tiap tempat duduk yang telah disediakan di daerah tempat penambakan untuk melihat keindahan alam berupa laut yang terbentang luas, semilir angin laut yang menyejukkan jasmani dan matahari yang mulai masuk ke peraduannya juga untuk berkumpul bersama teman-teman dan keluarga.
Dulunya Tanjungpinang sangat terkenal dengan ketidakindahannya dan sama sekali tidak mempunyai tempat hiburan. Hingga hari ini Tanjungpinang mulai memikirkan cara-cara agar menjadi kota yang lebih indah, maju dan terkenal dengan khazanah budayanya.
Cara yang diambil Pemerintah diantaranya adalah menambak daerah Tepi Laut dan menjadikannya taman sekaligus tempat hiburan bagi masyarakat juga sebagai panggung teater budaya melayu seperti yang terdapat di Ocean Corner.
Penambakan ternyata tidak hanya berdampak baik bagi masyarakat secara keseluruhan namun juga berdampak negatif terutama bagi nelayan. Sebagian nelayan merugi hasil tangkapannya berkurang, yang awalnya mendapatkan ikan-ikan besar dan banyak sedangkan kini hanya ikan-ikan kecil dan berjumlah sedikit.
Penambakan ini akan terus berlanjut hingga Tanjungpinang benar-benar dapat diwujudkan menjadi kota yang penuh dengan keindahan dan hiburan-hiburan yang tersedia nantinya.
Sepantasnya bukan hanya remaja saja yang akan merasakan dampak positif dengan menjadikan Tepi Laut sebagai tempat refreshing namun juga semua lapisan masyarakat. Pemerintah harus memberikan kesempatan kepada para nelayan yang awalnya merugi agar berpindah profesi sebagai penjual minuman dan makanan ringan di Tepi Laut yang pastinya akan memperoleh untung lebih banyak dibandingkan berprofesi sebagai nelayan. Pemerintah juga dapat memberikan bantuan dana untuk membuka tempat penjualan itu, sehingga penambakan tidak menjadi masalah yang hanya menjadi perbincangan tanpa berujung solusi.
Penambakan ini memang hanyalah sebuah masalah apabila dinilai negatif oleh orang yang memandang sisi negatifnya. Apabila penambakan ini dipandang positif maka akan terlihat dampak yang baik bagi Tanjungpinang juga nantinya. Bisa dilihat manfaatnya yang sangat berarti yakni sebagai pajak untuk perjualan yang sangat memberi manfaat bagi pembangunan Tanjungpinang, masyarakat Tanjungpinang pun mulai mengenal budayanya dengan dibuatnya panggung Ocean Corner sebagai tempat atau wadah penampilan teater dan kesenian budaya lainnya dan juga sebagai tempat bersantai dengan semua keindahan yang telah dirindukan dari dulu.
Keindahan di Tanjungpinang takkan pernah dapat dinikmati bila kita tidak mau maju dengan banyaknya cara-cara pemerintah. Sepantasnya kita mau untuk ikut setuju setiap kebijakan dan usaha pemerintah bukan langsung menghakimi pemerintah yang hanya berniat baik bagi Kota Tanjungpinang. Sisi negatif bukan alasan untuk jadi permasalahan namun bagaimana kita berfikir untuk menyelesaikannya. Banyak dari sebagian kita yang terus mencari permasalahan atas setiap kebijakan yang dibuat Pemerintah.
Kita harus membantu tiap program yang benar-benar bermanfaat bagi pembangunan dan keindahan juga kesejahtraan masyarakat Tanjungpinang dan jangan memulai suatu pendapat dengan mencari sisi negatifnya tapi dimulai dari sisi positif. Kebijakan dibuat bukan hanya sekali buat tanpa perbincangan tanpa benar-benar memikirkan dampak pada masyarakat selanjutnya.
Penambakan ini hanya demi Tanjungpinang yang lebih baik dan lebih maju daripada yang dulu. Doa dan semangat masyarakat merupakan hal yang paling mutlak untuk mendukung tanjungpinang menuju jati diri yang sesungguhnya.

Kamis, 15 November 2012

Feature By Mahdalisa


HIDUP ADALAH PERJUANGAN
Kisah perjuangan seorang mahasiswa yang sangat ingin kuliah walau harus menempuh banyak rintangan merupakan hal yang lumrah dialami sebagian orang.
Seorang mahasiswa FKIP bernama Mahdalisa harus menjaga kestabilan badannya untuk menghindari berbagai penyakit yang mudah menyerang tubuhnya.

“Saya ke Tanjungpinang demi cita-cita saya dan keluarga saya, agar mereka hidup lebih layak juga abah saya tak payah lagi kerja berpanas-panas demi saya.” Ujar seorang mahasiswa FKIP UMRAH saat ditemui di kampusnya.
Wanita yang mengaku telah bercita-cita sebagai guru sejak kecil hingga akhirnya ia mengambil Prodi Bahasa Indonesia dengan harapan bisa mengajar di Kampungnya. Keinginan yang menggebu-gebu dan tidak pantang menyerah tetap ia jaga dengan baik demi cita-citanya itu. Ia rela merantau di Tanjungpinang tanpa mengenal siapapun dan hanya bermodalkan satu lembar alamat tempat kos-kosan kakak temannya yang  ternyata kuliah juga di Tanjungpinang.
Beberapa kali ia harus bertanya dan berjalan kaki mencari alamat itu, bahkan ojek yang mengantarkannya pun mengaku tidak tau alamat tersebut. Ia pun mengaku bingung seorang yang tinggal di Tanjungpinang tapi tidak tau alamat yang dicarinya. Dalam kertas itu tertulis Jalan Basuki Rahmat Gang Mayang Sari 1 No.1.Ia merasa sedang dipermainkan. Hal ini membuat parut wajahnya pucat pasi merasakan kegentingan tersebut. Akhirnya ia putuskan berhenti di Pamdan untuk istirahat sekaligus bertanya pada orang yang ditemuinya. Setelah berselang du jam ia bersantai, sampai jualah ia di kos-kosan kakak temannya.
Walaupun masih ragu, ia tetap teguh bahwa itulah kos yang ia cari. Kos-kosan yang sesuai dengan kos yang diceritakan oleh warga setempat saat bertanya sebelumnya. Ya! Ternyata benar,itulah kos-kosan yang ia cari dan akhirnya ia tinggal disana dengan bermodal tekad dan niat. Uang yang ia simpan pun tidaklah banyak, hanya cukup untuk kebutuhan penting saja. Ia mendaftar di UMRAH sebagai langkah awal memnuhi syarat mewujudkan cita-citanya.
Dari beberapa siswa yang ada di SMA nya hanya dia saja yang diterima masuk dalam Prodi Bahasa. Ini menjadi kebanggaan yang tak terkira untuknya.
Opspek berlangsung selama tiga hari sebagai awal perkenalan kampus untuknya. Rutinitas makan pun hampir ia lupakan hanya untuk mencari peralatan demi memenuhi tiap persyaratan yang harus dibawa selama Opspek. Tiga hari ia harus melambat-lambatkan waktu makannya,akibatnya selama satu hari ia tidak bisa makan dan minum dikarenakan penyakit Maghnya kambuh.
Anak ke dua dari tiga bersaudara ini pun telah lama ditinggal ibunya hingga ia tidak mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi juga komplikasi di badannya. Magh yang hampir kronis tumbuh dan menjalar ditubuhnya, ia sulit kali memiliki badan yang gemuk dikarenakan penyakit itu. Selama satu hari penuh, ia hanya bisa terbaring lemas dan mengeluh kesakitan tiap kali ada sesuatu yang melewati dinding lambungnya. Bahkan air putih pun terasa perih saat ia minum walau hanya sedikit. Untunglah ada tetangga yang simpati melihatnya dan memberikan obat, namun tubuhnya tidak sanggup menerima obat dengan dosis tinggi dan menyebabkan badannya berbintik-bintik terutama dimuka sebagai dampak komplikasi dari obat yang ia telan. Akhirnya, ia pun terpaksa dibawa ke dokter praktik di Kampung Baru.
Walapun ia telah cek di dokter namun tetap saja ia tidak bisa makan dan minumhingga satu hari penuh. Ia hanya bisa menangis merasakan kepedihan lambung seperti rasa luka tersiram cuka. Ia mengaku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, entah kenapa tiba-tiba ia merasakannya.
Keesokan harinya, barulah ia bisa kembali makan dan minum seperti biasa. “Sakit ini telah memberikan pelajaran padanya untuk tetap menjaga kesehatan walau sesibuk apapun” ujar seorang wanita yang duduk di sampingnya yang berasal dari fakultas keguruan juga.
Hidup memang perjuangan seperti yang dibicarakan orang-orang pada umumnya karena mahasiswa ini rela tinggal dikos-kosan yang tidak memiliki wc dan hanya memiliki kamar mandi kecil yang sering kali kekurangan air. Hal ini sudah ia rasakan seperti kebiasaan saj. Hal ini juga dikarenakan tidak ada dana cukup untuk ia pindah kekos-kosan yang lebih layak. Lagipula kalaupun ia ada uang mungkin lebih baik untuk memenuhi kebutuhan yang lain saja.
Perjuangan akan terus berlanjut hingga ia harus memilih untuk bekerja sebagai guru les privat semua mata pelajaran SDMIN. Sekolah SD yang memiliki pelajaran tambahan berupa bahasa arab, sedangkan ia tidak pernah sama sekali belajar bahasa arab. Sedaya upaya ia memanfaatkan kamus untuk membantu muridnya mengerjakan tiap tugas yang tidak dimengerti.
Pekerjaan ini tidak berlangsung lama, konflik dan masalah akan silih berganti menghancurkan kekerabatan dalam pergaulan. Hal ini memaksa ia pindah sebagai guru Bimbel di salah satu tempat les di Tanjungpinang.
Inilah yang menjadi modalnya untuk membayar kos, makan dan menabung walau hanya bergaji lima ratus ribu saja. Uang yang sedikit bukan alasan buat ia tidak menabung apalagi ayahnya masih mau memberi uang untuk kuliahnya. Walau ia harus hidup susah saat kuliah, ia terima. Karena ia yakin suatu saat nanti roda hidup ini akan berputar ke atas.

Minggu, 21 Oktober 2012

TUGAS BERITA FKIP UMRAH


Jalan Menuju UMRAH Masih Saja Rusak
            Tanjungpinang(HK)- Setelah perbaikan jalan menuju kantor walikota, jalan menuju Umrah tetap saja rusak. Terdapat beberapa tepian jalan yang retak dan bolong.
            Seorang pengendara sepeda motor bernama Shaza sempat naas ketika mengendarai motornya melalui jalan tersebut. Pengerdara jatuh dari motot ketika motor lain dan bus Umrah melewati jalan berlawanan arah. Motor Shaza tersenggol motor yang mencoba menerobos kedepan hingga ia mengalami pendarahan dikakinya.
            Kejadian demi kejadian terus berlaku, ujar seorang warga Senggarang.
            “Jalan bukan menjadi alat untuk pergi kesuatu tempat lagibila ini tetap dipertahankan, melainkan alat untuk memperoleh celaka. Sepantasnya jalan ini harus diperbesar, “tegas Mahdalisa seorang mahasiswa FKIP UMRAH saat memberikan keterangan.
            Berbeda halnya dengan jalan di Senggarang menuju UMRAH, jalanan menuju kantor walikota terlihat bagus tanpa kerusakan sedikit pun. Lalu lalang kendaraan menuju kantor walikota terkenal tidak ada hambatan dan tidak rawan kecelakaan.
            Jalanan diperbesar hingga simpang tiga menuju kantor walikota yang dibuat membazir jalan, simpang jalanan layaknya seperti jalur tiga. Padahal hanya ada satu jalur setelah melalui simpang tersebut.
            Perbaikan jalan terhenti hingga simpang tiga sedangkan jalanan selanjutnya tidak dihiraukan.
            “Seperti ada ketidakadilan yang kami rasakan sebagai mahasiswa. Kenapa jalan menuju kantor walikota luas tanpa cacat sedangkan kami hanya mendapat celaka dari retak dan lubang jalanan ? Kata Nurul Fajriah yang kerap kali melewati jalan tersebut.
            Seorang pekerja di kantor walikota mengaku tidak tahu sebab pembatasan jalanan menuju walikota dan Umrah.
            Lebar jalan antara kedua tempat sangat jauh berbeda. sehingga terlihat pihak walikota tidak perduli dengan nasib anak penerus bangsa seperti mahasiswa kota tanjungpinang. Kenapa hal ini tidak pernah ditanggapi oleh para pengabdi rakyat yang pernah melewati jalan tersebut? Peryataan ini yang terus dikemukakan mahasiswa saat beberapa kali diwawancarai.

Senin, 17 September 2012

Cerpen usang Mawar Putih


Mawar Putih                                  karya : lisa
Aku membiarkanmu terlena dengan keindahan yang tak selaras dengan apa yang kau pikirkan. Karena dulu, kusangat mengenali gadis itu, gadis yang telah tega merebut pacar sahabatnya sendiri hanya demi popularitas yang ia anggap penting menjadi orang terpamor disekolah. Namun Aku membiarkanmu memujinya walau hatiku terasa perih tersiram duka kenangan lama yang tak bisa kulupakan begitu saja, begitu juga rasa yang tak bisa kubohongi padamu. Biarlah air di Kantin SMA kita ini ku teguk menghilangkan panas kecemburuan yang telah mendidih dan siap untuk pergi dari hidupmu. Yha . . !! Hari ini tepat 10 tahun usia persahabatan kita, kukira kau akan mengatakan hal yang telah kutunggu slama ini. Kata yang benar-benar membuat aku jadi wanita terindah dalam hidup ini. Namun kenyataan sia-sia, sepertinya kau tak ada rasa untukku. Entah kenapa aku jadi ingin marah tiap kau mendekatinya, menyapanya, apalagi menyebut kata indah yang selalu kuharap hanya tercipta untukku. Mungkin aku yang terlalu Geer ketika kamu peluk aku dan menangis setiap Ibumu menangis mengingat Ayahmu. Aku merasa kau menganggapku wanita yang paling kau percayai. Namun ternyata kau anggap aku hanya sebatas teman biasa, hanya sebatas sahabat  kecilmu saja.
Aku masih disini tepat usiamu yang ke 17 tahun. Ku bawakan setangkai mawar putih yang selalu kau bawakan tiap hari ulang tahunku. Ku pun tak menyangka hampir semua yang aku suka pasti kamu suka juga. Harapku ini pertanda baik untuk hubungan kita. Tapi kenyataannya, ketika aku menginjakkan kaki dirumahmu wanita yang selalu kau ceritakan telah lebih dulu menjabat tanganmu dan memelukmu. Perih hati seperti merasuk kebola mata ini, namun ku tetap menujumu mengucapkan kata selamat berharap kau lebih mementingkanku daripada dia. Hingga acara puncak ultah ternyata kau lebih memilih dia untuk berada disampingmu. Kau pegang tangannya dan kau ayunkan tanganmu untuk berdansa dengannya. Sedangkan aku seperti lukisan dinding yang kau biarkan tegak menyendiri ditepi Ibumu. Hingga hatiku tak sanggup lagi menelan kehancuran itu, refleks ku berlari keluar karena derasnya air mata yang mulai tak bisa kukendalikan lagi. Ibumu pun hampir menarik tanganku dan terpaksa kumenatapnya hingga Ia terpaksa melepaskanku. Karena Ibumu tahu apa yang kurasakan saat ini. Air mata yang mengalir atas dasar cinta yang telah kupendam bertahun-tahun setelah dulu jua ku pernah dihancurkannya. Dan ini kali kedua wanita itu menghancurkan hatiku lagi. Sungguh tak kusangka hatimu lebih ikhlas melepasku dan membiarkanku yang telah lama menjadi sahabatmu. Ternyata cintamu lebih besar dari rasa sayang yang dulu kau ucapkan padaku. Tangis ini hanya akan jadi saksi yang tak bisa kau lihat sepanjang kenangan kita.  Penuh paras ini dengan lumuran ratapan kesedihan untuk meninggalkan rasa cinta ini. Tapi akan kuteguhkan melepasmu menjauh dari hidupku.
Entah apa yang dikatakan Ibumu hingga pagi-pagi sekali saat ku membuka mata, kudengar suaramu di tepi jendela kamarku. Namun kubiarkan kau mengetuknya tanpa jawaban dariku. Masih terasa perih cerita yang kau gores dalam catatanku. Mata ini pun masih terbius dengan kesedihan malam yang kuharap terakhir dan takkan kulihat lagi. Tidak akan ada kata jatuh cinta lagi hingga akhir nafasku. Ini janjiku untukmu, Cinta.
Aku langkahkan kaki ini keluar kamar kos kecilku. Aku duduk tanpa berfikir memanggilnya ditepi jendela itu. Aku tahu dia sangat mengenaliku. Setiap bangun tidur pasti aku akan duduk didepan teras meneguk segelas air teh bersamanya. Namun untuk hari ini hanya satu gelas teh yang kubuat. Karna hatiku masih terasa sesak dan sakit.
Semenjak rumah orangtuaku terjual aku hanya tinggal disebuah kos yang tak jauh dari rumah farhan, sedangkan orangtuaku pindah dan tinggal dijogja dengan usaha toko batik yang merupakan warisan turun temurun keluarga. Aku tetap disini karena Farhan, sahabat kecilku yang tidak pernah membiarkanku pergi dari kota ini. Ia selalu menangis tiap ayah dan ibu mengajakku pindah ke Jogja ketika kecil. Hal ini lah yang selalu buat aku merasa dia menyukaikudan sangat menyayangiku. Walau ternyata dia telah mungkin dimiliki yang lain.
Dari sudut kos Ia bersembunyi untuk mengagetkanku, itulah yang dilakukannya tiap pagi. Menggangu dan datang untuk menceritakan beribu kisahnya.
“kamu marah ya?”
Kata itu yang Ia ucapkan tiap kusiapkan satu gelas air teh diatas meja. Sedangkan aku hanya diam memandang bunga mawar putih yang kutanam bersamanya dulu.
Ia pegang tanganku dan menampar mukanya dengan tanganku yang selalu ia tarik tiap pulang disekolah. Ia terus memaksaku bicara walau ku masih diam hingga hati ini tak tega memandangi matanya.
“ada apa?” tegasku dengan nada sedikit tinggi.
Mungkin hanya kata itu yang bisa kuucap walau terasa berat dan mata ini pun enggan menatapnya.
“kenapa pulang cepat tadi malam? Padahal aku ingin mengucapkan empat kata untukmu?”
Kulepaskan tangannya dan berdiri mengambil selang air untuk menyiram taman depan kos. Aku tak mau berharap dengan empat kata itu. Pasti Ia hanya ingin membuat hatiku bahagia walau ternyata tiada rasa untukku. Hanya kesenangan sesaat yang tak pernah kuinginkan.
“Hei bebek, mau dengar gak?”
Ia terus menggodaku dan mengataiku. Hingga kupun seperti tergelitik untuk tertawa.
“gak mau, Mending sini bantu nyiram bunga napa?” aku mulai manja menyuruh-nyuruhnya.
Ia tahu bagaimana watakku kalau sudah ngambek. Ia hanya mencoba menghiburku atau mendiamkanku dan meminum air teh yang sudah ku minum bahkan menaruh kotoran cicak disamping gelas itu. Aku sangat trauma dengan kotoran cicak hingga ketika ku melihat kotoran itu refleks ku tolak meja kecil teras yang membuat gelas tehku pecah berderai dilantai. Tak sengaja ku menginjak pecahan itu, hanya darah yang kulihat. Hingga farhan langsung memelukku dan  tidak membiarkanku melihat darah itu. Ia tahu bahwa aku bisa pingsan berkali-kali setelah melihat darah. Aku memeluknya dengan sangat erat, aku benar-benar sangat takut melihat hal itu.
“ Udah lah, ni darahnya udah gak ada, mejapun ditolak-tolak kan pecah gelasnya. Dasar bebek sukanya ngambek !!”
“ Apa sih kamu ni, pasti kamu kan yang naruh kotoran cicak. Aku gak mau tau ya, kamu beresin semuanya.” layaknya seorang bos, aku menyuruh tanpa melihatnya. Dan ia pun menjawabnya selayak pelayan juga.
“siap tuan putri bebek.”
Aku tinggalkan dia membereskan pecahan kaca itu sendiri sedangkan aku masuk kekamar mengambil kotak obat.
“setelah beresin langsung obatin kakiku yha eeg.”
“hemh namaku farhan lah bebek, bukan eeg. Nyesal ku datang jadi pembokat.”
Aku hanya tertawa mendengar kata-katanya tanpa berfikir untuk marah setelah ia mengatakan kata itu.
Ia membersihkan kakiku dan menempel hansaplas dengan sangat keras hingga ku memekik kesakitan. Walau dia langsung menutup mulutku dengan tangannya. Dan akhirnya ia bercerita lagi tentang wanita itu walau sebenarnya tidak ada kata ia jadian dengan jesika wanita yang benar-benar tidak pernah punya perasaan itu. Aku hanya diam tanpa bertanya apa-apa, yang jelas ia hanya mengatakan jesika ternyata jago dansa berbeda denganku.
Aku sudah lama berhenti ikut sanggar tari apalagi untuk berdansa. Semua ini kulakukan semenjak jesika merebut semua yang aku suka. Biarlah takdir yang kan berkata dan menutup semua kejahatan yang udah ia lakukann.
Malam seperti siang hari yang kurasa detik ini, begitu jelas bulan penuh yang memancari setiap sisi. Hingga sepucuk mawar putih menjatuhkan sehelai mahkotanya dan seorang laki-laki menutup mata kecilku. Ku terus bertanya siapa dia walau ku tahu itu farhan bukan orang lain.
“empat kata dariku, maukah kau menjadi pacarku? Maukah putri bebek menjadi pasangan si’eeg?” aku tersenyum ketika Ia mencium jemari tanganku dan mengambil mahkota mawar putih yang telah jatuh ketanah. Lalu ia kecup keningku dan berkata “mawar ini telah jatuh pertanda ketika hari ultahku kamu nangis kan?”
“hemh palingan kamu tau dari ibu kamu kan?”
“iya deh putri bebek, yang pastinya aku mau kamu jadi pacar aku. Jesika hanya alat untuk aku buat kamu cemburu hingga nangis pulang sendiri. Dan ketika kamu nangis, aku ngeliat kamu kok, kamu mau pecahin pot mawar putih itu kan? Dasar putri bebek yang taunya ngambek aja.”
“ya pasti aku mau lah eeg.”
“hemh gak ada jual mahal yha kamu nih ditembak. Hei ketahuan nih pasti dari kecil kan sukanya ama aku.”
Dia terus saja menggodaku hingga malam terhabiskan dengan sejuta tawa dan impian yang sangat kunanti. Mawar putih tanda kasih suci cinta yang abadi tanpa noda kata yang menyelimuti. Menjadi saksi penebar suri indahnya hati.